Alkisah...
Suatu hari pada saat Farriz pulang ke rumah menggunakan bus kota, naiklah seorang pria dengan dandanan rapi nan eksklusif di daerah antara Magister Management UGM dan Gedung Pasca Sarjana UGM. Sang pria menggunakan pakaian rapi nan terstrika muluz, celana hitam yang eklusif, rambut klimis seperti artis tahun 80-an, dan menenteng tas seperti tas notebook. Sang pria duduk di samping kanan-depan bangkuku. Kemudian sang pria mengeluarkan handphone hitam merk n***a seri N70 (atau N73, soalnya gak jelas & bentuknya hampir mirip sih). Waktu itu, Farriz berpikir orang tersebut pastilah seorang eksekutif yang sedang menimba ilmu di program pasca sarjana di UGM dan Farriz benar-benar respek dan salut kepada orang tersebut. Tak lama kemudian, handphone pria tersebut berdering dengan nada dering default dari handphonenya. Saat itu Farriz berpikir, orang tersebut pasilah orang sibuk. Sang pria mengangkat handphonenya dan mulai berbicara...
Kemudian dia berbicara "Tunggu Sek, Lha Nyong isih nang bes jeee...."(berbicara dengan logat jawa ngapak yang amat-sangat kental sekali)
Saat itu juga Farriz berpikir...
Farriz gak bermaksud rasis atau meledek, tapi klo orang Jogja denger orang kebumen, tegal, omong pake logat jawa ngapak yang kental agak-agak gimana githuu... agak-agak geli dan uhh susah diungkapkan dengan kata-kata ^_^. Seketika itu juga, pandangan Farriz terhadap orang itu jadi agak-agak melenceng dari pikiran pertama. Tapi Farriz masih menganggap orang tersebut sebagai bussinessman kok ^_^.
Dari kisah ini, kita dapat mengambil beberapa hikmah & kesimpulan (hehehe bijak mode : On). Betapa rapuh... betapa ringkih... dan betapa fragilenya perspektif orang lain terhadap kita. Pandangan dan kesan orang lain terhadap kita dapat musnah seketika hanya gara-gara 1 kesalahan kecil nan fatal yang kita perbuat baik sengaja maupun tidak sengaja. Hanya karena salah omong, seorang petinggi bisa tidak dipercaya lagi oleh bawahannya bahkan pemimpin tersebut ditinggalkan oleh bawahannya. Selain itu, janganlah terlalu menilai orang dari tampak luarnya. lagi-lagi istilah "don't judge a book from its cover" harus kita pegang teguh. banyak orang yang bertampang necis memakai jas tak lain hanyalah cecunguk maniac uang yang rela menginjak-nginjak rakyat kecil untuk memuaskan nafsunya sendiri tapi masih berani-beraninya memakai kata "wakil rakyat" di jidatnya! tapi, tidak sedikit juga orang yang hanya memakai pakaian compang-camping, namun mempunyai memiliki hati yang tulus ikhlas. Pokoknya, janganlah menilai orang terlalu berlebihan dan jangan langsung memberi judgement terhadap seseorang hanya dari luarnya saja.
Kemudian dia berbicara "Tunggu Sek, Lha Nyong isih nang bes jeee...."(berbicara dengan logat jawa ngapak yang amat-sangat kental sekali)
Saat itu juga Farriz berpikir...
Farriz gak bermaksud rasis atau meledek, tapi klo orang Jogja denger orang kebumen, tegal, omong pake logat jawa ngapak yang kental agak-agak gimana githuu... agak-agak geli dan uhh susah diungkapkan dengan kata-kata ^_^. Seketika itu juga, pandangan Farriz terhadap orang itu jadi agak-agak melenceng dari pikiran pertama. Tapi Farriz masih menganggap orang tersebut sebagai bussinessman kok ^_^.
Dari kisah ini, kita dapat mengambil beberapa hikmah & kesimpulan (hehehe bijak mode : On). Betapa rapuh... betapa ringkih... dan betapa fragilenya perspektif orang lain terhadap kita. Pandangan dan kesan orang lain terhadap kita dapat musnah seketika hanya gara-gara 1 kesalahan kecil nan fatal yang kita perbuat baik sengaja maupun tidak sengaja. Hanya karena salah omong, seorang petinggi bisa tidak dipercaya lagi oleh bawahannya bahkan pemimpin tersebut ditinggalkan oleh bawahannya. Selain itu, janganlah terlalu menilai orang dari tampak luarnya. lagi-lagi istilah "don't judge a book from its cover" harus kita pegang teguh. banyak orang yang bertampang necis memakai jas tak lain hanyalah cecunguk maniac uang yang rela menginjak-nginjak rakyat kecil untuk memuaskan nafsunya sendiri tapi masih berani-beraninya memakai kata "wakil rakyat" di jidatnya! tapi, tidak sedikit juga orang yang hanya memakai pakaian compang-camping, namun mempunyai memiliki hati yang tulus ikhlas. Pokoknya, janganlah menilai orang terlalu berlebihan dan jangan langsung memberi judgement terhadap seseorang hanya dari luarnya saja.
4 Comments:
itulah mas makanya ada perihbahasa dont judge the book from the cover
penampilan bisa menipu :) ati2 aja
Lha ya bener itu, jangan menilai orang dari luarnya saja...Untung saya gak geli denger bahasa ngapak kayak gitu, lha bisa mampus kegelian saya wong mbak sepupu saya yang dari Majenang sekarang nginep dirumah saya karena dapet kerja di Jogja...btw saya suka istilah cecunguk yang sampeyan pake itu, hahaha...
@ Herru : yahh, itulah yang namanya Manusia Maz, bisa membungkus perilakunya dengan cover yg bikin kita ktipu mentah2!
@ Gadis : Setuju,,,!!!
@ Tukang ngGunem : kata cecunguk terlintas begitu saja di kepalaQ kok Kangmaz, kayaknya paz banget ya? hehehe
Post a Comment